Dec 2022 | Assessmentindonesia.com
Hindari obesitas pada anak sebelum terlambat !
Seperti yang kita ketahui obesitas identik dengan kelebihan berat badan. Definisi yang lebih tepat, obesitas adalah kondisi yang menggambarkan seseorang memiliki berat badan berlebih. Banyak faktor yang disebabkan oleh obesitas. Dengan kebiasaan konsumsi makanan dan minuman tinggi kalori, rendahnya aktivitas fisik, faktor keturunan, efek samping dari obat tertentu, kehamilan, kurang tidur, pertambahan usia, dan masalah kesehatan tertentu (seperti sindrom Cushing dan hipertiroidisme).
Obesitas dapat berdampak negatif pada kesehatan tubuh secara menyeluruh yaitu pada Ibu hamil yang mengidap obesitas juga berisiko mengidap kencing manis, hipertensi, preeklamsia, bayi lahir prematur dan berukuran besar, kelainan bawaan pada janin, hingga keguguran. Sedangkan pada anak remaja, obesitas meningkatkan resiko penyakit jantung, prediabetes, gangguan tulang, nyeri sendi dan tulang, dan menurunkan rasa percaya diri.
Obesitas juga bisa menyerang pada anak remaja, tidak selamanya anak yang gemuk itu berarti sehat, lucu, dan menarik. Kegemukan dapat meningkatkan risiko penyakit metabolik seperti penyakit diabetes yang akan muncul di kemudian hari. Maka, penting untuk memantau berat badan anak secara rutin dan melakukan rutin pemeriksaan kesehatan ke dokter jika terjadi ketidakseimbangan antara berat badan dan usia atau tinggi badan anak.
Selain berat badan berlebih (overweight) obesitas ditandai dengan nilai indeks massa tubuh (IMT) 30 atau lebih, mudah atau banyak berkeringat, penumpukan lemak di beberapa area tubuh, jadi mudah lelah, dan nyeri sendi. Pada anak remaja, obesitas umumnya ditandai dengan penumpukan lemak di bagian payudara, sesak ketika melakukan beberapa aktivitas fisik, dan terjadinya gangguan pubertas.
Faktor obesitas pada dasarnya dapat menyerang siapa saja dari segala usia termasuk pada anak remaja. Seseorang lebih berpotensi terkena obesitas jika memiliki faktor risiko antara lain:
- Gaya hidup, yaitu pola makan yang tidak sehat dan tidak aktif bergerak dapat memicu obesitas. Makanan yang diduga menjadi penyebab utama obesitas adalah makanan cepat saji, makanan yang mengandung lemak jenuh, dan kandungan gula tinggi.
- Faktor genetik, anak remaja mengalami obesitas lebih besar jika orang tua memiliki riwayat obesitas.
- Faktor psikologi, rasa stres dan depresi dapat memicu obesitas pada anak dan remaja. Hal ini dikarenakan kondisi mental yang tertekan mampu mendorong anak untuk menjadikan kebiasaan banyak makan sebagai pelarian sehingga asupan kalori menjadi berlebih.
Obesitas juga dapat disebabkan oleh konsumsi makanan cepat saji atau minuman yang mengandung gula tambahan dalam jangka panjang. Dengan konsumsi makanan secara berlebih yang yang tidak diimbangi dengan olahraga secara rutin juga merupakan penyebab obesitas. Beberapa penyebab obesitas pada anak remaja yaitu :
- Pola makan yang tidak sehat - Pola makannya tidak teratur dengan asupan gizi berlebih akan berisiko mengalami obesitas. Konsumsi makanan tinggi kalori dan lemak seperti makanan cepat saji, sosis, bakso, pizza, dan softdrink juga dapat memicu terjadinya obesitas. Hal ini diperparah dengan tidak ada atau kurangnya asupan buah dan sayur/sumber serat pada makanan sehari-hari. Pola makan yang sering terjadi pada anak remaja yang mengalami obesitas adalah makan utama >3x/hari (umumnya porsi besar) ditambah dengan camilan yang tidak sehat seperti gorengan, makanan ringan dalam kemasan, serta minum teh manis atau softdrink setiap makan.
- Kurangnya aktivitas fisik - Adanya tuntutan sekolah yang tinggi, jadwal dan tugas sekolah yang begitu padat secara tidak langsung membatasi waktu olahraga anak/remaja. Selain itu, adanya gadget aktivitas fisis menjadi berkurang. Anak remaja lebih tertarik untuk bermain dengan gadget di dalam ruangan dibandingkan bermain dengan teman di luar rumah seperti bermain bola atau bersepeda.
- Memiliki keluarga yang obesitas - Kebiasaan makan yang sering dilakukan pada lingkungannya membuat anak remaja cenderung mengikuti lingkungan sekitarnya. Tak heran jika banyak anak obesitas berasal dari keluarga yang obesitas.
Untuk makanan sehari-hari sebaiknya mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral. Dengan menyediakan sayur, buah, lauk-pauk, dan nasi/roti. Sayur harus dikonsumsi paling banyak di antara yang lain. Nasi merah lebih baik dibandingkan nasi putih dan roti gandum dibandingkan roti putih. Perbanyak konsumsi daging putih seperti ayam dan ikan dibandingkan daging merah yang lemaknya tinggi.
Kita harus dapat mengontrol dan menahan keinginan untuk makan di luar jam makan. misalnya pada saat menonton televisi untuk tidak sambil makan, karena menonton televisi dapat menjadi pencetus keinginan makan. Orangtua juga dapat membantu mengubah perilaku makan, misalnya belajar mengontrol porsi dan jenis makanan yang dikonsumsi, serta mengurangi makanan yang berkalori tinggi seperti camilan diganti dengan buah-buahan segar, berikan dalam bentuk buah potong, bukan jus buah. Sediakan jus buah yang menarik anak untuk mengkonsumsi dalam jumlah banyak sehingga pada akhirnya asupan kalori bertambah.
Jika ada rencana bepergian atau menghadiri suatu acara, pilihlah makanan yang berkalori rendah seperti sayur, buah, dan makanan yang tidak digoreng. Hindari karbohidrat berlebih dan makanan manis. Apabila makanan tersebut tidak dapat dihindari, imbangi dengan melakukan olahraga tambahan sebelum atau sesudah bepergian.
Perkembangan anak remaja tentunya sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangannya, tentunya gaya hidup yang lebih sehat dapat menghindari obesitas dan mengatasi obesitas sejak dini. Maka sangat penting memberikan pengetahuan kepada anak mengapa ia perlu mengubah pola makannya atau lebih rutin olahraga.
Berikut adalah langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk membantu mengatasi obesitas pada remaja :
1. Terapkan diet sehatUsahakan untuk selalu menyiapkan asupan sehat di rumah perbanyak minum air putih atau susu yang rendah lemak. Jadikan sayur dan buah-buahan sebagai camilan sehari-hari dengan memotong dan menaruhnya dalam wadah khusus dan memasukkannya ke kulkas agar anak mudah untuk mengambilnya. Perlu memastikan bahwa anak selalu sarapan tiap pagi. Melewatkan sarapan bisa membuat anak kelaparan dan lepas kendali saat makan siang nanti.
2. Ajak anak berolahragaPentingnya olahraga selain membantu pertumbuhan anak remaja, olahraga juga membantu menghindari obesitas. Untuk berolahraga setidaknya 30-60 menit per hari. Bila belum terbiasa berolahraga, mulailah dengan pelan-pelan dan tingkatkan intensitasnya secara bertahap. Tidak masalah jika anak memulai latihan fisik dengan berjalan kaki selama 10 menit per hari. Saat ia sudah beradaptasi, Anda dapat menambah durasinya. Agar anak lebih semangat, buatlah kegiatan olahraga bersama keluarga tiap pagi atau tiap akhir pekan. Bisa dengan bersepeda, berenang, atau berjalan kaki di car free day. Tentu anak akan lebih terpacu untuk aktif bergerak jika anggota keluarganya juga ikut serta.
3. Lakukan perubahan secara bertahapTerapkan perubahan gaya hidup dengan perlahan-lahan kepada anak. Jangan tiba-tiba melarang anak untuk makan permen favoritnya atau memaksanya jogging selama satu jam. Tuntutan tersebut malah akan menjadi bumerang. Anak akan merasa gagal karena tidak mencapai target, dan mungkin menolak untuk melanjutkan kegiatan.
4. Ajarkan body image yang positifPenting bagi tiap orang tua untuk mengajarkan tentang body image (citra tubuh) yang positif. Khususnya di tengah nilai budaya yang memandang bahwa kurus itu cantik dan sehat. Berikan motivasi yang menguatkan dan menekankan pada kelebihan pada anak. Dengan ini, ia akan belajar untuk menerima dirinya apa adanya dan tidak selalu bercermin pada pendapat dari teman sebayanya. Tekankan pula agar anak memahami bahwa bentuk tubuh bukanlah patokan yang akan menentukan kualitas seseorang. Jika obesitas pada anak dibiarkan begitu saja, efek obesitas dapat lebih signifikan terhadap fisik maupun mental remaja. Mulai dari ancaman penyakit (diabetes serta penyakit jantung) hingga tekanan kejiwaan yang berupa stres, depresi, dan merasa rendah diri. Untuk para orang tua, yuk lebih memperhatikan pola makan anak untuk mencegah obesitas.
Referensi :Alodokter.com (2022). Obesitas : GejalaIdai.or.id (2017). Obesitas : Pengertian dan penyebabHalodoc.com (2019). Obesitas : PengertianSehatq.com (2020). Obesitas : Cara pencegahan obesitasSiloamhospitals.com (2022). Obesitas : Faktor resiko obesitas
2. Ajak anak berolahragaPentingnya olahraga selain membantu pertumbuhan anak remaja, olahraga juga membantu menghindari obesitas. Untuk berolahraga setidaknya 30-60 menit per hari. Bila belum terbiasa berolahraga, mulailah dengan pelan-pelan dan tingkatkan intensitasnya secara bertahap. Tidak masalah jika anak memulai latihan fisik dengan berjalan kaki selama 10 menit per hari. Saat ia sudah beradaptasi, Anda dapat menambah durasinya. Agar anak lebih semangat, buatlah kegiatan olahraga bersama keluarga tiap pagi atau tiap akhir pekan. Bisa dengan bersepeda, berenang, atau berjalan kaki di car free day. Tentu anak akan lebih terpacu untuk aktif bergerak jika anggota keluarganya juga ikut serta.
3. Lakukan perubahan secara bertahapTerapkan perubahan gaya hidup dengan perlahan-lahan kepada anak. Jangan tiba-tiba melarang anak untuk makan permen favoritnya atau memaksanya jogging selama satu jam. Tuntutan tersebut malah akan menjadi bumerang. Anak akan merasa gagal karena tidak mencapai target, dan mungkin menolak untuk melanjutkan kegiatan.
4. Ajarkan body image yang positifPenting bagi tiap orang tua untuk mengajarkan tentang body image (citra tubuh) yang positif. Khususnya di tengah nilai budaya yang memandang bahwa kurus itu cantik dan sehat. Berikan motivasi yang menguatkan dan menekankan pada kelebihan pada anak. Dengan ini, ia akan belajar untuk menerima dirinya apa adanya dan tidak selalu bercermin pada pendapat dari teman sebayanya. Tekankan pula agar anak memahami bahwa bentuk tubuh bukanlah patokan yang akan menentukan kualitas seseorang. Jika obesitas pada anak dibiarkan begitu saja, efek obesitas dapat lebih signifikan terhadap fisik maupun mental remaja. Mulai dari ancaman penyakit (diabetes serta penyakit jantung) hingga tekanan kejiwaan yang berupa stres, depresi, dan merasa rendah diri. Untuk para orang tua, yuk lebih memperhatikan pola makan anak untuk mencegah obesitas.
Referensi :Alodokter.com (2022). Obesitas : GejalaIdai.or.id (2017). Obesitas : Pengertian dan penyebabHalodoc.com (2019). Obesitas : PengertianSehatq.com (2020). Obesitas : Cara pencegahan obesitasSiloamhospitals.com (2022). Obesitas : Faktor resiko obesitas