Nov 2022 | Assessmentindonesia.com
Jangan Sedih, Nanti Dicap Gangguan Mental !
Kok Gitu ?
Dinamika hidup membuat setiap manusia pasti pernah merasakan kesedihan, tapi berhati-hatilah apabila ternyata hal tersebut merupakan indikasi gangguan kesehatan mental, Rasa sedih yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari biasanya tidak terlalu berpengaruh kepada aktivitas manusia yang bersifat dinamis. Seseorang pasti pernah mengalami naik turun dalam kehidupan. Ada hal-hal yang membuat hati berbunga-bunga dan bahagia, tapi disisi lain ada juga kejadian yang membuat murung, sedih atau marah.
Hati-hati bila rasa sedih yang melanda sudah berdampak terhadap produktivitas dan kehidupan sehari-hari, terutama bila sudah terjadi selama dua pekan berturut-turut. Rasa sedih yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari biasanya enggak terlalu berpengaruh kepada aktivitas. Namun sebaliknya, hati-hati bila rasa sedih yang melanda sudah berdampak terhadap produktivitas dan kehidupan sehari-hari. Sebab mungkin sudah terjadi gangguan mental. Segera minta bantuan profesional kepada psikolog atau psikiater agar masalah segera ditangani.
Perasaan merupakan salah satu gangguan mental yang membuat seseorang merasa sedih bahkan menangis tiba-tiba tanpa diketahui alasannya. Hal ini dapat dikatakan kurang normal, karena seseorang bisa merasakan sedih bahkan bisa tiba-tiba menangis tanpa alasan yang jelas. Menurut beberapa ahli, merasakan sedih tanpa alasan bisa disebabkan karena adanya masalah yang mendasar terhadap fisik dan mental.
Ketika kamu merasa stres atau banyak beban pikiran yang tidak kunjung mereda sehingga tanpa disadari membuatmu merasa cemas. Hal ini yang menyebabkan perasaan tertekan, sedih, hingga akhirnya menangis tiba-tiba. Hal ini disebabkan, hormon testosteron yang dominan pada laki-laki, bisa menghambat seseorang untuk menangis. Rasa sedih tanpa alasan yang disebabkan adanya perubahan hormonal. Hal ini disebabkan oleh banyaknya beban pikiran yang membuat kamu mudah merasa sedih tanpa alasan. Cara paling sederhana yang bisa kamu lakukan yaitu keluarlah mencari kesibukan dan membangun kegiatan yang positif, sehingga bisa mengalihkan diri dari rasa sedih atau cemas yang berlebihan.
Hypophrenia merupakan salah satu istilah yang mulai banyak diperbincangkan oleh banyak orang. Hypophrenia merupakan gangguan mental bagi yang membuat penderitanya sering menangis dan merasa sedih tanpa adanya alasan pasti. Berbeda dengan penderita bipolar juga seringkali menjadi sedih atau menangis secara mendadak setelah merasakan mood yang berlawanan. Gangguan bipolar mengalami dua fase, yaitu senang dan sedih secara drastis dan mendadak, sedangkan hypophrenia hanya satu fase saja. Penyebab seseorang mengalami hypophrenia yaitu :
Gejala hypophrenia adalah merasa sedih secara tiba-tiba dan diikuti dengan meneteskan air mata tanpa sadar. Tak sampai situ, hypophrenia juga mampu merubah suasana hati, tutur kata, dan perilaku. Suasana hati orang yang sedang mengalami hypophrenia akan buruk seketika sehingga membuat orang disekitarnya merasa tidak nyaman ketika ingin mengajaknya berbicara. Gangguan hypophrenia bisa menurunkan kesehatan jiwa dan pikiran penderitanya jika dibiarkan saja. Hypophrenia bisa mengacaukan pikiran dan mental penderita jika rasa sedihnya begitu mendalam dan sering.
Beberapa bahaya hypophrenia yang mungkin terjadi bila itu dibiarkan terlalu lama tanpa penanganan ahli:
- Tidak bisa berpikir jernih
- Mengambil keputusan yang keliru
- Putus asa
- Tidak bergairah menjalani hidup
- Sering sensitif
- Emosi yang meluap-luap
- Mudah sakit secara fisik
- Menyendiri atau mengalami masalah interaksi sosial
- Melakukan tindakan berbahaya
Segera periksakan dirimu ke ahlinya ketika kamu merasakan sedih yang tak berkesudahan. Jangan diagnosa dirimu sendiri dan jangan sampai kamu salah kaprah terkait dengan kesedihanmu ya !
Referensi :Kumparan.com.(2021).Apa Bedanya Rasa Sedih Dan Gangguan MentalAkurat.co.(2022).Sedih Dan Gangguan Mental Bagaimana MembedakannyaMerahputih.com. (2021). Membedakan Rasa Sedih Biasa dan Gangguan MentalDoktersehat.com.(2022).Hypophrenia: Gejala, Bahaya, dan Cara Mengatasi