Loading...

Memahami Cinderella Complex

09 Desember 2025
Author : admin
Bagikan

Ada sesuatu yang menarik dari dongeng: ia tampak indah, tetapi sering membawa pesan halus yang kita bawa hingga dewasa. Cinderella adalah salah satu contohnya — dan dari kisah itulah lahir istilah Cinderella Complex, sebuah konsep psikologi yang membahas kecenderungan ketergantungan emosional pada perempuan.

 

Artikel ini bukan untuk menilai, menyalahkan, atau membuat pembaca merasa “itu saya.” Tujuannya sederhana: menjelaskan fenomena psikologis ini secara hangat, kritis, dan penuh konteks, tanpa membuka peluang untuk self-diagnosis.

 

Apa Itu Cinderella Complex?

Cinderella Complex adalah istilah yang dipopulerkan Colette Dowling dalam bukunya The Cinderella Complex: Women’s Hidden Fear of Independence. Konsep ini menggambarkan ketergantungan psikologis — sebuah keinginan kuat untuk dilindungi, dibantu, atau diselamatkan oleh sosok lain (sering kali laki-laki). Hal ini bukan tentang “wanita lemah.” 

 

Lebih tepatnya, ini tentang pola yang tumbuh dari: pola asuh yang terlalu melindungi, tekanan budaya yang menempatkan perempuan sebagai objek yang menunggu dipilih, dan cerita-cerita populer yang menanamkan bayangan hidup ideal yang datang “dari luar diri.” Dalam beberapa kasus, ketergantungan seperti ini bisa membuat seseorang sulit membangun batas, sulit mengambil keputusan, atau menunda kemandirian. Namun, tidak semua orang dengan dinamika hubungan tertentu memiliki Cinderella Complex, dan konsep ini bukan diagnosis klinis.

 

Akar Budaya: Ketika Dongeng Bertemu Realitas

Dalam banyak budaya, narasi “perempuan baik akan diselamatkan” muncul berulang kali. Dari Cinderella, Bawang Merah Bawang Putih, hingga drama televisi yang menggambarkan perempuan sempurna yang hidupnya berubah karena datangnya “pangeran penyelamat.” 

 

Pesan tidak langsung yang tertanam: 

  • Bahwa kebahagiaan datang dari luar, bukan dari diri sendiri.

  • Bahwa kemandirian perempuan tidak sepenuhnya dirayakan.

  • Bahwa dicintai lebih penting daripada mengembangkan kemampuan.

Tentu, dongeng tidak otomatis membuat seseorang memiliki Cinderella Complex — tetapi ia bisa menjadi bagian dari landskap psikologis tempat konsep ini tumbuh.

 

Mengapa Konsep Ini Bisa Muncul?

Penelitian menunjukkan beberapa faktor yang dapat berkontribusi pada kecenderungan ini (tanpa menyederhanakan pengalaman tiap individu):

  1. Pola Asuh yang Terlalu Melindungi: Jika anak selalu dibantu, jarang diberi ruang mengambil keputusan, atau dilindungi berlebihan, ia mungkin tumbuh dengan keyakinan bahwa tantangan harus selalu diselesaikan orang lain.

  2. Kurangnya Kematangan Emosional: Proses pendewasaan yang belum tuntas bisa membuat seseorang mudah merasa tidak mampu menghadapi hidup tanpa “pendamping.”

  3. Konsep Diri yang Rentan: Ketika seseorang memiliki penilaian diri yang rendah, ia bisa merasa bahwa keberhargaan hanya muncul saat ada orang yang mencintai atau memvalidasi.

Penting diingat: setiap individu membawa latar, pengalaman, dan konteks hidup yang berbeda. Tidak ada satu pola yang berlaku untuk semua perempuan.

 

Cinderella Complex dalam Psikologi Modern

Beberapa ahli perkembangan melihat fenomena ini sebagai bagian dari perjalanan psikologis seseorang menuju kemandirian. Misalnya, psikologi analitik Jung menafsirkan kisah Cinderella sebagai simbol perjalanan individuasi, proses menemukan jati diri yang utuh. Artinya, narasi “diselamatkan” bukan sekadar ketergantungan, tetapi juga metafora pencarian arah hidup yang lebih besar.

 

Apa Artinya dalam Kehidupan Sehari-hari?

Cinderella Complex tidak selalu terlihat.

Ia bisa hadir dalam bentuk-bentuk halus, misalnya:

  • kesulitan membuat keputusan besar tanpa dukungan orang lain,

  • menghindari konflik karena takut ditinggalkan,

  • atau menunda kemandirian ekonomi karena merasa belum “siap.”

Namun, ini bukan berarti seseorang tidak mampu. Sering kali, ini adalah respons terhadap lingkungan yang sejak awal tidak memberi ruang bagi perempuan untuk membangun kemandiriannya.

 

Jadi, Apa yang Bisa Kita Pelajari?

Alih-alih melihatnya sebagai “masalah,” Cinderella Complex bisa menjadi pintu refleksi:

  • bagaimana kita dibesarkan,

  • bagaimana budaya membentuk persepsi kita,

  • dan bagaimana kita bisa menata ulang cara kita memandang kemandirian.

Memahami konsep ini membantu kita melihat dinamika sosial-emosional secara lebih luas  bukan untuk menempelkan label pada siapa pun, tetapi untuk melihat bagaimana narasi-narasi lama dapat mempengaruhi perkembangan psikologis modern.

 

Penutup

Cinderella Complex bukan diagnosis, bukan vonis, dan bukan sesuatu yang harus ditakuti. Ia hanyalah kaca pembesar yang membantu kita melihat bagaimana budaya, pola asuh, dan pengalaman hidup berinteraksi dengan kebutuhan akan perlindungan dan kemandirian.

 

Karena pada akhirnya, setiap orang, perempuan maupun laki-laki, memiliki hak yang sama untuk tumbuh, memilih, memutuskan, dan membangun hidupnya sendiri. Kalau Anda ingin, saya bisa membuat versi lebih akademik, versi lebih pendek, atau versi infografik untuk website psikologi.

 

Assessment Indonesia adalah biro psikologi resmi yang menjadi pusat asesmen psikologi terpercaya, serta vendor psikotes terbaik di Indonesia.

 

 

Referensi : 

Srikanditama, Maria Gracyas Renggu, et al. “The Cinderella Complex on Psychology Students of Nusa Cendana University Kupang.” Journal of Health and Behavioral Science, vol. 5, no. 1, 29 May 2023, pp. 37–45, https://doi.org/10.35508/jhbs.v5i1.8392. 

Syarif, Tsurayya. “Cinderella Complex Dalam Perspektif Psikologi Perkembangan Sosial Emosi.” Indigenous: Jurnal Ilmiah Psikologi, vol. 1, no. 1, 27 May 2016, p. 92, https://doi.org/10.23917/indigenous.v1i1.2222.



Bagikan
Terapi Psikologi Masalah Psikologi

Temukan Solusi Psikologis Anda Hari Ini

Lihat layanan psikologi kami atau Anda dapat menghubungi kami